HABIL DAN QABIL
Kisah dua Putra Adam
Setelah diturunkan ke bumi, Adam dan istrinya hidup dan memiliki keturunan juga di daerah Makkah .
H |
ampir seluruh umat islam meyakini bahwa manusia pertama yang diciptakan Allah SWT adalah Adam. Disebut begitu, karena ada sebagian lainnya yang meyakini bahwa Adam bukan manusia pertama. Mereka berdebat soal pertanyaan Malaikat kepada Allah saat akan diciptakan seorang khalifah di muka bumi – lihat QS Al-Baqarah[2]: 30.
Diantara mereka itu adalah Dr. Abdul Shabur Syahin dalam bukunya Ar-Rawafid as-Saqafiyah (Adam Bukan Manusia Pertama, Mitos atau Realitas?). namun, Syekh Abdul Mun’im Ibrahim telah membantah secara tegas karya Abdul Shabur Syahin itu dalam bukunya Ma Qabla Khalqi Adam (Adakah Makhluk Sebelum Adam, Menyingkap Misteri Awal Kehidupan), dan Wafqat Ma’a Abi Adam.
Mayoritas ulama sepakat bahwa Adam diturunkan di India, dan Hawa di Jeddah, sedangkan ada yang menjelaskan Adam dan Hawa di turunkan di Shafa dan Marwah. Keterangan At-Thabari dalam Tarikh Thabari. Pendapat At-Thabari yang menjelaskan bahwa Adam diturunkan di India di puncak gunung tertinggi di dunia yang lebih banyak disepakati para ulama. Hal ini juga diterangkan Sami bin Abdullah bin Ahmad Al-Maghluts dalam bukunya Athlas Tarikh al-Anbiya’ Wa Ar-Rusul (Atlas Sejarah Nabi dan Rasul).
Setelah Adam dan Istrinya diturunkan ke bumi, maka berkembanglah anak keturunannya. Hal ini ditegaskan Allah dalam AlQuran surah Al-A’raf[7]: 24-25. Allah berfiman: “Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan. Allah berfiman: “di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.” Penjelasan serupa juga terdapat dalam surah Al-Baqarah[2]: 36.
Para ulama sepakat, sejak diturunkan ke bumi, istri Adam, yakni Hawa melahirkan anak-anak Adam sebanyak 20 kali. dan setiap kelahiran selalu kembar putra dan putrid. Dengan demikian jumlahnya mencapai 40 orang. Dan diantara sekian banyak anak-anak Adam, terdapat kisah yang menjadi awal mula pembunuhan di muka bumi. Pembunuhan itu dilakukan oleh Qabil terhadap adiknya yang benama Habil.
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!.” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.”
“Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.”
“Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zhalim.”
Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.” (QS Al-Ma’idah[5]: 27-30).
Menurut Sami bin Abdullah Al-Maghluts, mengutip keterangan Imam At-Thabari dalam Tarikh al-Umam wa al-Mulk, menjelaskan; Abu Malik meriwayatkan dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dari Murrah al-Hamdani, dari Ibnu Mas’ud, dari para sahabat Rasulullah SAW berkata:
“Semua anak Adam dilahirkan secara kembar dampit; laki-laki dan perempuan. Beliau kemudian menikahkan anak laki-laki pertama secara menyilang dengan anak perempuan kedua. Beliau memiliki dua anak laki-laki bernama Qabil dan Habil. Qabil merupakan anak laki-laki pertama yang lahir bersama Zar’a (ada yang menyebutnya kembaran Qabil bernama Iklima), dan Habil anak kedua yang lahir bersama dengan Dhar (ada yang menyebutnya Labuda). Saudara kembar Qabil memiliki paras yang lebih cantik dibandingkan dengan saudara kembar Habil.”
Nabi Adam kemudian menikahkan Qabil dengan kembaran Habil, begitu juga sebaliknya. Namun Qabil menolak karena dia merasa lebih tua daripada Habil dan kembarannya lahir bersamaan dengannya. “Dia saudara perempuanku yang lahir bersamaku. Dia lebih cantik dari saudara perempuanmu. Aku lebih berhak menikahinya,” kata Qabil.
Keduanya lalu diminta untuk membuat membuat kurban sebagai persembahan kepada Yang Maha Pencipta. Siapa yang kurbannya diterima maka dialah yang menikah dengan Zar’a/Iklima. Qabil membuat persembahan dari hasil kebunnya yang buruk, sedangkan Habil mengambil domba yang gemuk sebagai kurban. Akhirnya Allah menerima kurban Habil.
Hal ini membuat kecewa Qabil, maka dia pun mencari jalan untuk membunuh Habil. Saat itu, Adam sedang pergi ke Makkah. Sebelum pergi, Adam meminta kepada langit untuk menjaga keluarganya. “Jagalah putraku dengan baik.” Namun langit menolaknya. Kemudian Adam meminta kepada bumi namun bumi pun menolaknya. Adam meminta kepada gunung sama, seperti langit dan bumi gunung pun menolak Adam. Akhirnya Adam meminta kepada Qabil, dan Qabil berjanji untuk menjaganya. Dan terjadilah peristiwa pembunuhan Habil itu.
Qabil lalu meninggalkan mayat Habil di tempat terbuka. Sebab, dia tidak tahu harus diapakan mayat adiknya itu. Allah SWT lalu mengirimkan dua ekor burung gagak bersaudara, keduanya saling bertengkar hingga salah satunya tewas, burung gagak itu lalu menggali tanah dengan paruhnya dan menguburkan gagak yang mati tersebut. Ketika Qabil melihat itu dia berkata: “Celaka,mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku bisa menguburkan mayat saudaraku ini.” (QS. Al-Ma’idah[5]: 31).
Nabi Adam lalu pulang dan menemukan salah satu putranya telah tiada karena dibunuh oleh anaknya sendiri.
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh.” (QS Al-Adzab[33]: 72).
Dialah Qabil, manusia yang tidak amanah dalam menunaikan amanah Nabi Adam AS untuk menjaga keluarganya. Demikianlah keterangan Imam At-Thabari dalam Tarikh al-umam wa al-Mulk, jilid I, halaman 13.
Makkah
Dijelaskan oleh Sami bin Abdullah Al-Maghluts, peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Qabil pada saudaranya yang bernama Habil terjadi di daerah Makkah. Sebab, Makkah merupakan tempat tinggal Adam dan Hawa setelah mereka turun ke bumi.
Hal senada juga diungkapkan Syauqi Abu Khalil dalam bukunya Athlas Al-Qur’an. Syauqi menjelaskan, pembunuhan Habil terjadi di Makkah, inilah pendapat paling kuat. Sedangkan Qabil setelah membunuh Habil pergi melarikan diri ke daerah Yaman. Demikian diterangkan At-Thabari dalam Qishash al-Anbiya. “Qabil melarikan diri dari ayahnya (Adam) dan menuju ke daerah Yaman.”
Nabi Adam menurut sebagian riwayat hidup hingga berusia 1000 tahun. Riwayat lain menyebutkan usianya antara 950 – 1000 tahun. Dan jarak antara Adam dengan Nuh juga 1000 tahun atau 10 abad. Demikian keterangan Ibnu Katsir dalam kitabnya Al-Bidayah wa an-Nihayah. Ibnu Katsir menjelaskan, ada seorang bertanya; “Ya Rasulullah, apakah Adam seorang nabi?” Rasul SAW menjawab, “ya, nabi yang diberikan wahyu.” Orang itu kembali bertanya; “berapa lama rentang waktu antara Adam dan Nuh?” Nabi SAW menjawab; “sepuluh abad.” (HR. Muslim).
Dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, Sami al-Maghluts menjelaskan, Adam hidup siperkiran sekitar tahun 5872-4942 sebelum masehi (SM). Sedangkan Nabi Nuh diperkirakan hidup sekitar tahun 3993-3043 SM (usia 950 tahun). Lihat juga penjelasan Ahmad al-Usairy dalam Tarikh al-Islamy.
Menurut beberapa riwayat, Nabi Adam AS dimakamkan di gunung Qasiyun di daerah Damaskus. Syauqi Abu Khalil menambahkan, di gunung Qasiyun yang menhukang tinggi di kota Damaskus dari arah utara terdapat satu gua yang bernama Magharatud Dam yang berarti gua darah. Gua ini sangat terkenal oleh sebagian masyarakat umum, tempat ini diyakini sebagai tempat Qabil membunuh saudaranya Habil. Lokasinya terletak di sebelah kanan jalan dari arah Damaskus menuju Zabdani dan Balaudan. Sementara itu di Sungai Bardi terdapat satu kuburan yang panjangnya kira-kira 15 meter, sebagian masyarakat meyakini tempat itu sebagai kuburan Habil. Wallahu A’lam