KA’BAH
Tempat
Ibadah Pertama Di Muka Bumi
Menurut beberapa riwayat, Ka’bah telah dibangun
sejak zaman Nabi Adam AS, namun sebelumnya dibangun oleh para malaikat.
U
|
mat
Islam di seluruh dunia pasti mengenal Ka’bah, rumah Allah (Baitullah) yang menjadi kiblat umat Islam di seluruh jagat raya
ini. Ka’bah atau Bayt Atiq dibangun
oleh Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS. dan Baitullah ini merupakan tempat ibadah yang pertama kali dibangun di
atas dunia.
“Sesungguhnya,
rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia ialah Baitullah
di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (diantaranya) Maqam Ibrahim.
Barangsiapa memasukinya menjadi amanlah dia. Mengerjakan haji adalah kewajiban
manusia terhadap Allah. Yaitu, (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan
ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), sesungguhnya Allah Maha
Kaya dari semesta alam.” (QS. Ali Imran [3]: 96-97)
Dalam
menafsirkan surah Ali Imran [3] ayat 96, Al-Qurthubi, seorang ahli tafsir,
mengatakan bahwa orang yang pertama kali membangun Baitullah adalah Nabi Adam AS.
Ali
bin Abi Thalib menyatakan, “Allah SWT memerintahkan para malaikat-Nya untuk
membangun Baitullah di muka bumi dan melaksanakan Thawaf disana. Peristiwa
tersebut terjadi sebelum Adam diturunkan ke bumi. Setelah turun, Adam
menyempurnakan bangunannya dan berthawaf disana dan juga para nabi setelahnya. Kemudian,
pembangunan Baitullah tersebut dilaksanakan kembali dan disempurnakan oleh Nabi
Ibrahim AS bersama putranya, Ismail”
Penjelasan
ini berdasarkan keterangan AlQuran surah Al-Baqarah[2] ayat 127 dan surah
Al-Hajj[22] ayat 26.
“Dan,
ingatlah ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail (seraya
berdoa), ‘Ya Rabb kami, terimalah (amal) dari kami. Sesungguhnya, Engkaulah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah
[2]: 127).
Dari
keterangan ini, jelaslah bahwa yang pertama kali membangun Ka’bah adalah Nabi
Adam AS. Dan, yang menyempurnakan pembangunan Ka’bah dengan memasang atau
meninggikan pondasinya adalah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.
Para ulama salaf mengatakan bahwa
disetiap tingkat langit terdapat sebuah rumah. Penduduk langit tersebut
beribadah kepada Allah di rumah tersebut, oleh karena itulah, Allah
memerintahkan Nabi Ibrahim AS membuat bangunan seperti itu di muka bumi.
Disebutkan dalam kitab Ara’is al-Majilis karya Al-Tsa’ibi,
Allah mewahyukan kepada Adam: “Aku
memiliki tanah haram (terhormat) dalam posisi sejajar dengan singgasana-Ku
(Arasy). Karena itu, datanglah ke sana dan berkelilinglah (Thawaf) sebagaimana
dikelilinginya singgasana-Ku. Shalatlah di sana sebagaimana dilaksanakan shalat
di sisi singgasana-Ku. Di sanalah Aku memperkenankan doamu.”
Keterangan
ini menunjukkan bahwa Adam adalah pembangun Ka’bah pertama, lalu disempurnakan
pembangunannya oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. Posisinya sama seperti yang ada
hingga saat ini.
Mengenai pembangunan Ka’bah, ada
pendapat yang menytakan bahwa Ibrahim AS diperintahkan untuk membangun kembali
Ka’bah di posisi yang ada saat ini, sebab,
sebelumnya lokasi tersebut sering terjadi banjir besar. Karena itu,
Ibrahim diperintahkan untuk meninggikan fondasinya. Sebagaimana dikatakan
Al-Azraqi dalam Tarikh Makkah, “setelah peristiwa banjir besar, lokasi
Ka’bah dulu telah hilang. Lokasi tersebut berbentuk bukit kecil berwarna merah
yang tidak terjangkau aliran air. Saat itu, manusia hanya tahu bahwa di sana
ada tempat yang sangat bernilai tanpa mengetahui lokasinya secara pasti. Dari
seluruh penjuru dunia, mereka yang dizhalimi, menderita, dan butuh perlindungan
datang ke tempat ini untuk berdoa. Doa merekapun dikabulkan. Manusia pun
mengunjunginya hingga Allah memerintahkan Ibrahim untuk membangun kembali
Ka’bah. Sejak Nabi Adam AS diturunkan ke bumi, Baitullah selalu menjadi tempat yang dimuliakan dan
diperbaiki terus-menerus oleh setiap agama dan umat dari satu generasi ke
generasi lainnya. Tempat ini juga senantiasa dikunjungi malaikta sebelum Adam
turun ke bumi.”
Pembangunan itu dilakukan oleh
Ibrahim dan Ismail AS. Ismail yang mengangkat batunya dan Ibrahim yang
memasangnya. semakin lama makin tinggi hingga Nabi Ibrahim AS tidak mampu lagi
menjangkau tempat tertinggi untuk memasang batu-batu tersebut. Kemudian Ismail
membawakan sebuah batu untuk pijakan bagi Nabi Ibrahim. Batu inilah yang
akhirnya disebut sebagai Maqam Ibrahim.
Mereka terus bekerja sembari berdoa:
“Wahai, Rabb kami, terimalah dari kami
(amalan kami), sesungguhnya, Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”
Setelah
selesai, Allah kemudian memerintahkan Ibrahim untuk berseru kepada seluruh umat
manusia agar mengerjakan haji ke Baitullah, sebagaimana yang terkandung dalam
QS. Al-Hajj [22]: 27-29.
Menurut wikipedia
disebutkan pada awalnya bangunan Ka'bah terdiri atas dua pintu serta letak
pintu ka'bah terletak diatas tanah, tidak seperti sekarang yang pintunya
terletak agak tinggi sebagaimana pondasi yang dibuat Nabi Ibrahim dan Nabi
Ismail. Namun renovasi dilakukan akibat bencana banjir pada saat Muhammad SAW
berusia 30 tahun dan sebelum diangkat menjadi rasul, karena merenovasi Ka'bah
sebagai bangunan suci harus menggunakan harta yang halal dan bersih, sehingga
pada saat itu terjadi kekurangan biaya. Maka bangunan ka'bah dibuat hanya satu
pintu serta ada bagian ka'bah yang tidak dimasukkan ke dalam bangunan ka'bah
yang dinamakan Hijir Ismail
yang diberi tanda setengah lingkaran pada salah satu sisi ka'bah. Saat itu
pintunya dibuat tinggi letaknya agar hanya pemuka suku Quraisy
yang bisa memasukinya. Karena suku Quraisy merupakan suku atau kabilah yang
sangat dimuliakan oleh bangsa Arab.
Karena kaumnya baru
saja masuk Islam, maka Nabi Muhammad SAW mengurungkan niatnya untuk merenovasi
kembali ka'bah sehingga ditulis dalam sebuah hadits perkataan beliau:
"Andaikata kaumku bukan baru saja meninggalkan kekafiran, akan Aku
turunkan pintu ka'bah dan dibuat dua pintunya serta dimasukkan Hijir Ismail kedalam Ka'bah",
sebagaimana pondasi yang dibangun oleh Nabi Ibrahim.
Ketika
masa Abdurrahman bin Zubair memerintah daerah Hijaz,
bangunan itu dibuat sebagaimana perkataan Nabi Muhammad SAW atas pondasi Nabi
Ibrahim. Namun karena terjadi peperangan dengan Abdul Malik bin Marwan,
penguasa daerah Syam (Suriah,Yordania
dan Lebanon
sekarang) dan Palestina, terjadi kebakaran pada Ka'bah akibat
tembakan peluru pelontar (onager) yang dimiliki pasukan Syam. Sehingga
Abdul Malik bin Marwan yang kemudian menjadi khalifah, melakukan renovasi
kembali Ka'bah berdasarkan bangunan hasil renovasi Nabi Muhammad SAW pada usia
30 tahun bukan berdasarkan pondasi yang dibangun Nabi Ibrahim. Dalam sejarahnya
Ka'bah beberapa kali mengalami kerusakan sebagai akibat dari peperangan dan
umur bangunan.
Ketika
masa pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid pada masa kekhalifahan Abbasiyyah,
khalifah berencana untuk merenovasi kembali ka'bah sesuai pondasi Nabi Ibrahim
dan yang diinginkan Nabi Muhammad SAW. namun segera dicegah oleh salah seorang
ulama terkemuka yakni Imam Malik karena dikhawatirkan nanti bangunan suci itu
dijadikan ajang bongkar pasang para penguasa sesudah beliau. Sehingga bangunan
Ka'bah tetap sesuai masa renovasi khalifah Abdul Malik bin Marwan sampai
sekarang.
Maqam Ibrahim – tempat
berpijak
Maqam
Ibrahim bukanlah kuburan Nabi Ibrahim AS. Maqam Ibrahim adalah batu tempat
berpijaknya Nabi Ibrahim sewaktu membangun Ka’bah. Ketika itu Ibrahim bermaksud
meletakkan batu ke tempat teratas, namun tangannya tidak mampu menjangkau, lalu
ia menyuruh Nabi Ismail untuk mencarikan sebuah batu sebagai tempat
berpijaknya.
![]() |
Maqam Ibrahim di Mekkah (kiri: dari luar, kanan: diduga tapak bekas pijakan Nabi Ibrahim AS) |
Posisi Maqam Ibrahim hingga kini sama persis pada saat pembangunan Ka’bah
pada zaman Nabi Ibrahim, demikian pula pada masa Rasulullah SAW, Abu Bakar,
hingga terjadinya banjir besar pada masa khalifah Umar.
Pada mulanya, Maqam itu menempel pada dinding Ka’bah. Namun, pada masa khalifah
Umar, digeser kearah timur agar di sisi Maqam
Ibrahim bisa menjadi tempat shalat, sebagaimana keterangan AlQuran surah
Al-Baqarah [2] ayat 125.
Menurut Sami bin Abdullah
al-Maghluts dalam bukunya mengatakan, “Nabi Ibrahim berpijak di atas batu besar
yang lembap, langsung dengan kedua telapak kakinya tanpa alas.”
Wa Allahu ‘alam
