KAUM
‘AD – UMAT NABI HUD
Irama
Dzaati al-Imaad
Reruntuhan yang
berhasil digali oleh para peneliti arkeologi di kawasan Ubar. Mereka meyakini,
bangunan yang berada di bawah tanah ini adalah sisa-sisa peninggalan kaum ‘Ad.
N
|
abi Hud AS. adalah
salah seorang Rasul yang diutus oleh Allah SWT kepada kaumnya, yakni ‘Ad untuk
menyembah dan beriman kepada Allah serta tidak menyekutukannya, namun, umatnya
justru menanggapi dengan rasa permusuhan, mereka menganggap Nabi Hud sebagai manusia biasa yang tidak mempunyai
kemampuan atau kelebihan apa pun dibandingkan mereka (Kaum ‘Ad). Umatnya ini
menganggap Nabi Hud AS. sebagai
pembohong, bodoh, dan telah mengubah kebiasaan yang telah dilakukan oleh para
leluhurnya terdahulu.
“Dan kepada kaum 'Ad (Kami utus)
saudara mereka, Huud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah,
sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Kamu hanyalah mengada-adakan
saja.” (QS. Hud [11]: 50)
Namun, umatnya tak
pernah menerima dakwah yang disampaikan oleh Hud. Selama bertahun-tahun Nabi
Hud menyampaikan dakwah, kaumnya tetap saja membangkang dan menolaknya. seperti
yang terdapat dalam AlQuran QS. Al-Mu’minun [23]: 33-37.
“Dan berkatalah pemuka-pemuka yang
kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak)
dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: "(Orang) ini
tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan,
dan meminum dari apa yang kamu minum. Dan sesungguhnya jika kamu sekalian
mentaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian, kamu benar-benar
(menjadi) orang-orang yang merugi. Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian,
bahwa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kamu
sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu)? jauh, jauh sekali (dari
kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu, kehidupan itu tidak lain
hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali
tidak akan dibangkitkan lagi.” (QS. Al-Mu’minun [23]:
33-37)
Karena kaum ‘Ad ini
tetap saja enggan menerima dakwah Nabi Hud, maka Allah menimpakan adzab kepada
mereka. Dalam AlQuran dijelaskan, kehancuran kaum ‘Ad disebabkan oleh angin
topan yang dahsyat dan berlangsung selama tujuh malam delapan hari. Lihat (QSAl-Haaqqah [69]: 6-8)
Bukti
Arkeologis
Setelah
sekian ribu tahun akhirnya para peneliti mencoba melakukan penelitian terhadap
kemungkinan ditemukannya berbagai peninggalan umat Nabi Hud dan sisa-sia dari
bangsa ‘Ad tersebut. Dalam berbagai upaya penelitian tersebut akhirnya mulai
menemukan tanda-tanda sebagian umat terdahulu ini. Pada tahun 1990, beberapa
Koran terkemuka di dunia melapokan temuan salah seorang arkeolog yang bernama
Nicholas Clapp.
Hasil temuan itu
kemudian dipublikasikan di sejumlah media dengan headline yang melaporkan
tentang keberadaan kamu ‘Ad ini. Seperti dikutip www.islamicity.com yang
menulis Fabled Lost Arabian City Found (Kota
Legenda Arabia yang Hilang Telah Ditemukan)
dan ada juga yang menuliskan Arabian City of Legend Found, The Atlantis Of
Sands, Ubar dan lain sebagainya.
Dalam penelitian Nicholas Clapp merujuk pada buku-buku
sejarah Arab yang bersumber pada keterangan AlQuran dan karya peneliti Inggris
bernama Bertram Thomas dengan judul ArabiaFelix. Arabia Felix adalah sebuah
ungkapan yang diberikan penguasa Romawi bagian selatan semenanjung Arabia pada
kala itu, yang berarti Arabia yang
Beruntung. Dinamakan demikian karena keberadaan dan letaknya yang sangat
strategis telah menjadi perantara dalam perdagangan rempah-rempah antara India
dengan tempat di utara semenanjung arab. Dan orang-orang yang tinggal di daerah
ini, mampu memproduksi dan mendistribusikan ‘frankincense
(seperti gaharu), sejenis getah wangi dari pohon yang sangat langka, digunakan
sebagai dupa dalam berbagai ritual keagamaan. Dan tanaman ini pada kala itu
harganya sebanding dengan emas.
Dari ayat AlQuran dan buku karangan Thomas ini, Nicholas
Clapp menelusuri jejak sebuah kota kuno di bagian selatan semenanjung arab
(termasuk Yaman dan Oman), bernama Ubar yang disebut dalam dongeng Suku Badui.
Dalam AlQuran, kejadian
atau peristiwa yang menghancurkan kaum ‘Ad ini terjadi di kota Iram, salahsatu
kota di semenanjung arab. Setelah lokasi kota legenda yang menjadi subyek
cerita dongeng Suku Badui ini ditemukan, dilakukan penggalian untuk mengangkat
peninggalan dari sebuah kota yang terkubur di bawah padang pasir. Irama
Dzaati al-Imaad, bermakna Kota Seribu Pilar. Menurut Ptolemeus, kota
Iram merupakan ibu kota dari bangsa ‘Ad, kaum penyembah berhala yang hidup pada
masa Nabi Hud AS.
Dari sini kemudian ditemukan sejumlah bekas reruntuhan
yang diyakini merupakan pilar-pilar dari bangunan menara yang dulunya dimiliki
Kaum ‘Ad dan Iram, sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Fajr [89] ayat6-8.
Berdasarkan keterangan
dan data-data empirik tersebut, Clapp mencoba dua jalan untuk membuktikan
keberadaan Ubar. Ia menemukan bahwa jalan-jalan yang diakatakan oleh suku Badui
itu benar-benar ada. Ia meminta kepada NASA – Badan Luar Angkasa Nasional
Amerika Serikat, untuk menyediakan foto atau citra satelit dari kawasan
tersebut. Setelah melalui perjuangan yang panjang, Clapp berhasil membujuk
pihak yang berwenang untuk memotret daerah tersebut.
Selanjutnya, Clapp mempelajari naskah dan peta-peta kuno
di perpustakaan Huntington di California untuk menemukan peta dari daerah
tersebut. Ia berhasil menemukan sebuah peta yang digambar oleh Ptolemeus
sendiri, seorang ahli geografi Yunani – Mesir dari tahun 200 M. dalam peta ini
ditunjukkan letak dari kota tua yang ditemukan di daerah tersebut dan
jalan-jalan yang menuju kota tersebut. Bahkan, hasil foto satelit NASA
menunjukkan adanya jejak kafilah yang tidak mungkin dikenali dengan mata
telanjang.
Setelah membandingkan
gambar dari satelit dengan peta tua itu, akhirnya Clapp berkesimpulan bahwa
jejak-jejak dalam peta tua itu berhubungan erat dengan foto yang dihasilkan
dari pencitraan satelit. Ia berkesimpulan kota tua tempat kaum ‘Ad dalam
dongeng suku Badui terdapat di Ubar. Apalagi, setelah dilakukan penggalian,
kota itu nampak berada di bawah pasir sedalam 12 meter. Yang lebih mengesankan
lagi bagi Clapp, sisa-sisa peninggalan kaum ‘Ad ini berupa pilar-pilar bangunan
yang tinggi, sebagaimana diisyaratkan AlQuran.
Dr. Zarins seorang anggota tim penelitian yang memimpin
penggalian, mengatakan bahwa selama menara-menara itu dianggap sebagai unsur
yang menunjukan kekhasan kota Ubar, dan Iram disebutkan mempunyai menara-menara
atau tiang-tiang, hal itu merupakan bukti terkuat bahwa peninggalan sejarah
yang mereka gali adalah Iram, kota kaum ‘Ad yang disebutkan dalam AlQuran.
Foto citra satelit,
Ubar hanya bisa dilihat dari luar angkasa sebelum dilakukan penggalian
Peradaban
Modern Kaum ‘Ad
Salah satu jejak ditemukannya keberadaan peninggalan kaum
‘Ad adalah pilar-pilar bangunan yang tinggi. Kondisi ini menunjukkan bahwa
sejak zaman dahulu, umat manusia, khususnya kaum ‘Ad, sudah memiliki peradaban
yang sangat maju. Ini dibuktikan dengan pendirian bangunan yang menggunakan
pilar sangat tinggi.
Banyak perdebatan mengenai ciri-ciri dari kaum ‘Ad
membangun kota Iram (Ubar), terutama kemajuan peradaban mereka. Sebab, para
ahli kesulitan menunjukkan bukti sejarah tentang peradaban lama dari bangsa ‘Ad
ini. Menurut sebuah sumber, tidak adanya catatan mengenai peradaban bangsa ini
dikarenakan kaum yang berdiam di Arabia Selatan (yaman) ini selalu menjaga
jarak dengan masyarakat lain yang hidup di Mesopotamia dan Timur Tengah.
AlQuran telah menceritakan kisah kaum ‘Ad ini sejak 14
abad silam. Dalam AlQuran, umat Nabi Hud AS ini dikenal sebagai umat yang
sombong. Mereka juga tidak percaya dengan kenabian Hud AS. mereka menyombongkan
diri sebagai kaum yang kuat, perawakan tubuhnya tinggi besar (QS 41: 15);
tinggal di bangunan tinggi, dengan istana-istana dan benteng-benteng yang
dibangun diatas perbukitan (QS 26: 128-129); suka menyiksa dengan kejam (QS 26:130); mempunyai banyak keturunan, serta memiliki banyak hewan ternak, kebun dan
mata air (QS 26: 133-134).
Atlantis
di Padang Pasir, begitulah julukan yang diberikan
kepada Kaum ‘Ad. Sebab, sisa-sisa peninggalan mereka tenggelam ke dalam tanah.
Kaum ‘Ad diperkirakan hidup antara abad ke 20 sebelum
masehi (SM). AlQuran menyebutkan, kaum ini sebelum kaum Nabi Luth dan Kaum
Tsamud (Nabi Saleh). Kaum Luth hidup sezaman dengan nabi Ibrahim sekitar abad
17-18 SM. Sedangkan kaum Tsamud sekitar abad ke-8 SM. Kaum ‘Ad diperkirakan
hidup pada tahun 2000 SM. Namun ada pula yang menyatakan abad ke-23 SM, dan 13
SM, sebelum masa Nabi Musa AS.
Selain Ubar, ada pula
peninggalan kaum ‘Ad yang ada di Shabwah, dengan ciri-ciri berupa tiang-tiang
yang sangat rumit, unik dan menarik, serta dibuat model bundar (bulat) dan
disusun dalam serambi-serambi melengkung. Orang-orang di Shabwah, tampaknya
mewarisi gaya arsitektur dari para leluhurnya kaum ‘Ad. Sedangkan semua situs
(tempat) yang ada di Yaman sejauh ini baru ditemukan memliki tiang-tiang
monolit berbentuk persegi.
Fotius, dari Konstantinopel pada awal abad ke-9 masehi,
melakukan penelitian tentang orang-orang Arabia Selatan dan aktifitas
perdagangan yang mereka lakukan. Penelitian ini didasarkan pada manuskrip
Yunani kuno dan karya Agatharichides (132 M), tentang Laut Eritrea (Laut
Merah). Fotius mengatakan; “Diwartakan
bahwa, mereka (bangsa arab selatan) telah membangun banyak tiang berlapis emas
atau terbuat dari perak. Ruangan-ruangan di antara tiang-tiang tersebut sangat
mengagumkan untuk dilihat.”
Ia menambahkan,
menara-menara itu disebut sebagai bentuk khas kota Ubar karena Iram dikatakan
mempunyai menara-menara atau tiang-tiang sebagaimana keterangan AlQuran, Irama Dzaati al-Imaad.
Orang
Hadramaut Keturunan Kaum ‘Ad?
Ada pendapat yang menyatakan, bahwa orang Hadramaut
(Yaman) saat ini merupakan anak cucu dan keturunan dari kaum ‘Ad. Dugaan ini
didasarkan pada penelitian yang dilakukan secara mendalam mengenai peradaban
yang didirikan kaum ‘Ad, di Ubar, Yaman Selatan.
Harun Yahya dalam situsnya www.harunyahya.com dan www.bangsamusnah.com
menyebutkan, di Yaman Selatan ini terdapat empat kaum yang hidup sebelum saat
ini. Keempat kaum itu adalah Hadramaut, Sabaean (Saba), Minaean, dan Qatabaean.
Keempat kaum ini pada
waktu yang singkat berada dalam satu pemerintahan di suatu daerah yang
berdekatan. Banyak ilmuwan kontemporer mengatakan bahwa kaum ‘Ad telah memasuki
satu periode transformasi dan kemudian muncul kembali ke dalam panggung
sejarah. Dr. Mikhail H. Rahman, seorang peneliti dari university of Ohio, merasa
yakin bahwa kaum ‘Ad adalah nenek moyang dari Hadramaut, Saba, dan sejumlah
kaum yang pernah hidup di Yaman Selatan.
Seorang penulis Yunani bernama Pliny, menghubungkan suku
ini sebagai “Adramitai” yang berarti
Hadrami. Akhiran dalam bahasa Yunani adalah suffix
- kata benda. Kata benda “Adram”
mungkin merupakan perubahan dari kata “Ad-I-Ram”
sebagaimana disebutkan dalam AlQuran.
Ptolemeus (150-100 SM) menunjukkan, bahwa di sebelah
selatan Semenanjung Arab adalah tempat dimana kaum “Adramitai” ini pernah hidup. Daerah yang sampai sekarang ini
dikenal dengan nama Hadramaut, ibu kota Negara Hadrami adalah Shabwah, terletak
di sebelah barat lembah Hadramaut. Berdasarkan berbagai legenda tua yang
menyatakan bahwa makam Nabi Hud yang diutus sebagai nabi kaum ‘Ad terletak di Hadramaut.
Faktor lain yang cenderung membenarkan pemikiran bahwa
Hadramaut adalah penerus dari kaum ‘Ad adalah kekayaan mereka. Bangsa Yunani
menegaskan bahwa Hadramites (orang Hadramaut) sebagai “Suku Bangsa yang Terkaya
di dunia”.
Catatan sejarah
mengatakan bahwa Hadramites sangat maju dalam pertanian wewangian, salah satu
tanaman yang paling berharga kala itu, mereka membangun daerah-daerah baru yang
digunakan untuk menanam dan memperluas perkebunannya. Kini hasil pertanian Hadramites
lebih banyak daripada produksi wewangian tersebut.
Apa yang ditemukan dalam penggalian yang dilakukan di
Shabwah yang dulunya dikenal sebagai ibu kota Hadramites sangat menarik, pada
penggalian yang dimulai pada tahun 1975, sangat sulit bagi para ahli arkeologi
untuk mencapai sisa-sisa atau reruntuhan dari kota tersebut, sebab lokasinya
terkubur di bawah gurun pasir yang dalam, tetapi hasil akhir penggalian
ternyata menakjubkan. Kota tua yang digali merupakan salah satu temuan terbesar
dan menarik saat ini. Kota yang dikelilingi oleh tembok, dinyatakan lebih luas
dari berbagai situs kuno lainnya di Yaman, dan istananya dikenal sebagai
bangunan yang menakjubkan.
Wa
Allahu ‘Alam.